Segala yang di bawah langit pasti berubah. Hanya satu hal yang tetap sepanjang masa, yaitu perubahan itu sendiri. Semua orang sudah mahfum dengan perkataan ini. Tetapi, tidak semua paham bahwa setiap perubahan selalu datang sambil bergandengan dengan segudang peluang atau pilihan.
Saya membicarakannya karena tergelitik kampanye internal salah satu biro iklan besar di Indonesia. ''Berubah atau Punah.'' Begitu yang terbaca pada spanduk kecil yang terpampang pada sudut-sudut kantor biro iklan yang berada di salah satu gedung jangkung di Jakarta.
''Tidak selamanya pergantian keadaan menuju ke arah lebih baik. Sekali pun yang datang krisis, sejumlah peluang dan pilihan tetap menyertainya,'' kata chief operating officer-nya.
Ambil contoh ketika terjebak kemacetan lalu lintas Jakarta. Apa yang dapat Anda lakukan kalau berada dalam situasi menjemukan itu? Senada dengan pendapat pemimpin biro iklan tersebut, ternyata banyak yang dapat dilakukan kendati dalam krisis. Sejumlah teman mengaku mengisi kemacetan dengan berzikir. Kebanyakan memilih membaca koran maupun buku. Ada juga yang memasang kaset pelajaran bahasa asing. Semua baik ketimbang menggerutui orang lain dan polisi.
Sementara itu, seorang teman lain memilih membuka laptop-nya dan menyelesaikan pekerjaan setiap kali terjebak keruwetan lalu lintas. Contoh yang ini menjelaskan bahwa dia telah beradaptasi dengan revolusi perubahan cepat teknologi informasi dan teknologi.
Dan, dia telah mendefinisikan kembali cara kerja dan cara pandang terhadap segala sesuatu di jaman serba komputer sekarang ini. Dia mempunyai rumusan baru menjalankan bisnis konsultannya dengan sokongan teknologi, yakni 3F: fast, focus dan flexible. Sehingga, dari setiap tempat dia dapat bekerja dan berkomunikasi dengan mitra bisnis.
Dengan rumusan tersebut dia mengaku sedang menjadikan dirinya sebuah merek atau citra. Persis seperti sebuah perusahaan yang mencoba menjaga reputasi dengan memuaskan semua pihak yang terkait langsung maupun tidak terhadapnya. Sekarang ini banyak perusahaan atau produk yang sengaja membangun citra jati dirinya ibarat manusia berbudi, lewat aktivitas menderma, menghibur, dan memudahkan.
Cerita tersebut menarik bila disandingkan dengan semakin seringnya datang kabar bahwa perusahaan-perusahaan sedang merasionalisasi atau melakukan restrukturisasi organisasinya. Maksud saya, semua itu ujung-ujungnya berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan dengan segala konsekuensi ke penghidupan banyak keluarga.
Kembali ke awal pembicaraan kita, mereka yang terkena PHK berarti menemui perubahan berupa krisis. Artinya, mereka sesungguhnya bukan mengalami petaka tapi menjadi memiliki banyak peluang dan pilihan mau bagaimana di kemudian hari.
Menjadi lebih baik. Itu pasti yang mereka inginkan. Caranya? Bisa bekerja di tempat lain kalau masih terbuka lowongan, menjadi wiraswasta, dan banyak lagi. Namun, apapun yang dipilih ada baiknya mencontoh bagaimana sebuah manajemen membangun citra perusahaan sedemikian rupa. Dengan kata lain, diri kita perlu manajemen diri sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan yang dialami.
Anjuran tersebut berlaku bagi semua. Bukan hanya bagi yang terkena PHK. Sebab, seiring jarum jam berputar, perubahan terus terjadi pada diri dan lingkungan kita. Segera ciptakan pernyataan positioning diri setalah mengevaluasi ekuitas merek diri. Intinya mengenali diri sendiri dan mengetahui pasti apa yang dapat diperbuat dan bagaimana strategi mencapainya.
Hal tersebut persis dengan yang diperbuat oleh manajemen perusahaan. Mereka sadar harus terus memperbaiki diri terus menerus. Jika perlu ganti logo, gaya komunikasi, ganti disain ruang kerja dan alat kerja yang sudah ketinggalan jaman. Yang penting, terus mampu bersaing dan mampu beradaptasi dengan gencarnya perubahan.
Nah, Anda dapat melihat sendiri belakangan ini bermunculan nama dan logo baru di sekitar kita. Ada toko obat, yang namanya begitu melekat, sekarang tampil dengan warna cerah dan masa kini. Sebuah asuransi milik negara dan berumur tua juga tampil seperti perusahaan yang baru kemarin diperkenalkan. Dan banyak lagi.
Sesungguhnya mereka ingin memperlihatkan kepada kita bahwa mereka tetap mampu bersaing, tetap berdaya, dan masih pas dengan masa kini. Begitulah mestinya diri kita. Jangan sampai kalah bersaing karena menghindari perubahan dan tidak melihat peluang. Berubah atau punah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar